Rabu, 03 Oktober 2007

JuaRa KamPung..

Riduan Goh ~ Wealth is Mine

Kura-Kura dalam Perahu (Pura-pura tidak tahu/ bodoh)

Derit rantai sepeda mini usang seorang anak tanggung loper koran seolah memecah keheningan subuh, sorot matanya bening berkilat menatap pagi penuh energi dan harapan baru. Dengan enerjik, tangan kiri memegang setang sepeda, sementara tangan kanannya melempar koran ke halaman setiap rumah. Pekerjaan ini dilakukan rutin setiap pagi dan sore, riang tanpa rasa canggung atau malu, seolah memang olah raga rutin pagi sore yang menyehatkan tubuh.

Dia adalah anak kampung yang lain dari kebanyakan anak yang masih molor sambil mendengkur di dalam hangatnya sarung menyambut datangnya subuh. Walau tubuhnya ceking, namun tampak sangat bugar. Segudang prestasi dan penghargaannya sekolah maupun di lingkungan, mulai dari akademis hingga spiritual juga disapu habis oleh anak kampung ini.

Kesemuanya biaya pendidikan anak ini merupakan hasil keringat sendiri menjadi loper koran pagi dan sore, selain itu masih tersisih sebagian besar jumlah penghasilannya untuk membantu biaya hidup adik dan ibunya yang sudah ditinggal sang ayah. SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggipun dilaluinya mulus dengan beasiswa, hingga suatu saat datanglah kesempatan emas untuk bekerja dan dididik khusus oleh negara untuk menjadi calon pejabat tinggi.

Kesempatan kali ini tidak datang dengan mudah, karena syaratnya selain sarjana lulusan terbaik, juga wajib melalui proses seleksi ketat berikut masa karantinanya. Mata sang loper koran ini mulai terbuka ketika dia terseleksi masuk menjadi nominasi sarjana teladan ini. Di atas langit masih ada langit, ternyata yang menyandang predikat terbaik di seluruh negri ada ratusan sarjana. Mulai dari ujung barat hingga ujung timur negrinya, mulai anak orang kaya hingga miskin, sangatlah beragam.

Test pertama adalah Seleksi Nilai, dari ratusan sarjana teladan terjaring hanya sekitar 50 orang sarjana yang qualified. Si Loper koran dengan mulus menjadi salah satu diantara 50 sarjana terbaik.

Test kedua adalah Seleksi Pengetahuan Umum dan Sosial. Seleksi ini dilakukan dengan membagi 50 sarjana ini menjadi 5 kelompok. Dalam setiap kelompok akan dikompetisikan kemampuannya dalam forum pengetahunan umum dan sosial. Setiap kelompok hanya akan terpilih 1 orang saja yang akan keluar sebagai sarjana terbaik.

Proses menjalani persiapan, pelaksanaan hingga seleksi test ini tentunya menyita perjuangan tenaga dan waktu. Harap-harap cemas menunggu siapakah yang akan keluar sebagai 5 orang sarjana terbaik yang tentunya menjadi impian dan kebanggaan setiap orang di negrinya. Keseluruhan proses memakan waktu satu bulan, sekali lagi sang loper koran kembail terjaring sebagai 5 sarjana calon pegawai terbaik. Sungguh suatu kebanggaan baginya dan sang ibu, bahwa hanya seorang anak kampung yang miskin, loper koran pagi sore mampu lulus terpilih sebagai salah satu dari lima sarjana terbaik di negrinya.

Tahap ketiga, proses terakhir untuk menentukan siapa sarjana terladan terbaik yang akan berhak mendapatkan pelatihan khusus dari negara dan akan posisi karir strategis sebagai pejabat tinggi pemerintahan. Test ketiga ini sungguh tidak sederhana, kelima sarjana terpilih harus dikarantinakan selama satu bulan. Mereka akan mendapatkan kasus kondisi riil yang memang sedang terjadi di masyarakat untuk dievaluasi. Pada Senin pertama bulan berikutnya, kelima sarjana dihadapkan satu sama lain dalam satu forum terbuka di alun-alun pusat kota. Mereka harus memaparkan dan mempertahankan hasil evaluasinya, serta mengemukakan usulan penyelesaian kasus yang sedang dihadapi masyarakat saat ini.

Satu bulan tentunya bukanlah suatu yang singkat, namun bukan juga waktu yang cukup untuk mengevaluasi kasus riil yang sedang terjadi hingga memberikan dan mempertahan pandangan hingga usulan penyelesainya. Apalagi mereka semua hanya berbekal ilmu yang mereka timba dari sekolah tanpa pernah praktek secara nyata sebelumnya.

Diantara kelima calon ini terdapat seorang sarjana kaya, dia pintar dan sangat berambisi. Didukung oleh orang tuanya yang punya koneksi kusus di jajaran pejabat penentu hasil seleksi ini.

Si kaya mempunyai seorang sangat pintar sebagai penasehatnya. Satu per satu profil dan latar belakang keempat calon lainnya sudah berada ditangannya dalam sekejap. Perlahan dan halus dua orang calon telah dapat disingkirkannya dengan mudah, keduanya setuju untuk mengalah dalam forum terbuka nanti dengan imbalan sejumlah uang.

Selanjutnya tinggal Si Loper koran dan seorang Si Kutubuku yang harus disiasati. Si kaya memerintahkan penasehatnya untuk menyelidiki Si Loper dan Si Kutubuku untuk mencari tahu apa dan bagaimana mereka dalam kesehariannya.

Si penasehat mengunjungi Kutubuku, Kutubuku bicaranya sedikit, lurus tanpa tergoyahkan akan uang, karena memang latar belakang keluarganya berada. Setiap waktu terlihat selalu tangannya memengang buku, memang benar-benar seorang sarjana Kutubuku. Tampaknya merupakan musuh yang sangat tangguh.

Lain Kutubuku lain pula Si Loper yang tampak sangat bertolak belakang. Si Loper penampilannya ketinggalan jaman, tampak sangat sebagai anak kampung, kurang pergaulan dan pengetahuannya juga biasa-biasa saja, bicaranya malu-malu dan kurang tegas, terkadang beberapa kata asingpun tidak nyambung dan tidak dapat dilafalkan dengan benar. Kamar karantinanyapun hanya terdapat melompong, hanya beberapa buku, sebuah buku catatan yang sudah lusuh dan pena plastik tergeletak di atas meja. Disimpulkan Loper bukanlah musuh yang tangguh, juga sangat dimungkinkan lolos seleksi test kedua karena kebetulan saja.

Si kaya tertawa lebar setelah mendapat laporan dari penasehatnya, "Ini tidak serumit yang aku kira, ternyata yang harus aku hadapi hanya Si Kutubuku saja dan satu lagi hanya sekedar juara kampung bodoh yang kebetulan lolos seleksi. Aku pasti terpilih menjadi pemenang Sarjana Teladan ini." Serunya yakin.

Segera Si Kaya menghubungi koneksi ayahnya yang berpengaruh dalam forum kompetisi, dia menjanjikan sejumlah uang sebagai imbalan untuk menjegal Si Kutubuku dalam forum. Sementara Si Loper baginya tidaklah membahayakan, sudah pasti akan tumbang di tengah jalan karena dimata Si Kaya hanyalah seorang juara kampung kecil bukan tandingan seimbangnya.

Matahari mulai menyembul diantara pepohonan rindang alun-alun tengah kota. Senin minggu pertama telah tiba, deretan kursi undangan telah tertata rapi. Masa mulai dari pelajar, ibu-ibu, bapak-bapak hingga para pedagang kaki lima terlihat mulai menyemut memadati lingkar alun-alun. Mereka semua ingin tahu siapa anak bangsa yang beruntung untuk dididik menjadi pejabat tinggi negara itu.

Para undanganpun mulai berdatangan memenuhi tempat duduk yang disediakan, acara akan dimulai pukul 7.30 pagi. 5 menit sebelum dimulai para undangan dipersilahkan berdiri menyambut Mentri Pendidikan sebagai V VIP yang mewakili pihak pemerintah. Sekilas setelah sambutan Pak Mentri, forum pun dimulai. Masing-masing 5 peserta hanya berkesempatan 20 menit menyampaikan paparan mereka, selanjutnya serbuan pertanyaan oleh para juri penilai atas paparan mereka.

Penilaian juri dilakukan dalam dua tahap, 1. Tahap Penyisihan dan 2.Tahap Final. Penilaian juri dilakukan langsung di atas papan score. Di Tahap Penyisihan, kedua perserta yang sudah terkena uang semir memang banyak tidak bisa menjawab atas pertanyaan yang diajukan. Seperti prediksi Si Kaya, keduanya tersisihkan dengan mudah.

Masuk ke Tahap Final hanya tinggal Si Kaya, Si Kutubuku dan Si Loper. Kutubuku menjadi sasaran utama juri penilai untuk disisihkan dalam tahap ini. Skenario berjalan lancar, bombardi pertanyaan sang juri bayak yang tak terjawab Kutubuku dan nilainyapun mulai tertinggal oleh Si Kaya dan Si Loper.
Kini tinggal dua calon yang dijagokan menduduki posisi Sarjana Teladan. Mereka tampak sangat kontras Si Kaya yang tampak sangat pandai dan rapi, Si Loper yang tampak ndeso dan kurang pandai. 5 pertanyaan terakhir dilontarkan, anehnya bukannya membuat nilai berpihak kepada Si Kaya, namun justru membuat posisi perolehan angka mereka seimbang antara Si Kaya dan Loper. Wow, Si Loper yang tampak ndeso dan kurang pergaulan itu mulai unjuk gigi atas kebolehannya.

"Loper, Loper, Loper ....."Teriak penonton yang mulai tegang dan bersimpati atas gigihnya dan kebolehan si Loper dalam meladeni pertanyaan juri penilai.

Sungguh seru dan tegang kondisi saat itu, waktu terpaksa diperpanjang untuk pertanyaan tambahan. Kondisi semakin tegang ketika dua pertanyaan pamungkas telah dilontarkan dan tetap tidak merubah keadaan perolehan nilai yang sama Kaya dan Loper. Sungguh tidak dinyana, kalau anak kampung itu mempunyai kemampuan seimbang dengan si Kaya yang serba ada.

Sambil mengangkat tangannya, tiba-tiba Pak Mentri berdiri meminta waktu untuk bicara. "Saya ingin satu pertanyaan terakhir yang bersifat umum datangnya dari penonton yang hadir di sini," seraya menunjuk seorang ibu pedagang jamu tua yang sedang mengendong cucunya.

"Ibu, bisakah membantu kami dengan menyumbangkan satu pertanyaan saja." Pinta Pak Mentri.
Sambil mengeryitkan dahi ibu tua itu bertanya, " Nak, jadi pejabat tinggi itu pemerintah apa sih? Saya dari tadi kok tidak mudeng (ngerti)." Tanya ibu tua itu dengan polosnya.

Si Kaya dengan yakin dan pongahnya bergaya layaknya para pejabat yang lagi kampanye,
"Bundaku, itu artinya saya akan menjadi salah satu faktor penting untuk penentu arah kehidupan bangsa kita. Saya akan memberikan banyak kemudahan bagi rakyat kecil, contohnya sekolah gratis, makanan murah serta pengobatan gratis." "Saya tidak sekedar janji, saya akan membuat membuat rakyat hidup makmur."

Wow, mendengar jawaban ini seraya gemuruh tepuk tangan bergema mendengarkan janji surga seorang yang baru berangan-angan menjadi pejabat tinggi.

Kini giliran si Loper menjawab, dengan wajah yang sedikit merunduk dan dada terbusung seolah ada dentuman bedug di dalam dadanya, maka perlahan dan pasti berkatalah dia

"Ibu, Pejabat itu berarti tanggung jawab, maka Pejabat Tinggi berarti tanggung jawab yang sangat tinggi dan besar yang dipercayakan masyarakat di pundaknya. Seseorang yang menerimanya harus mengemban misi masyarakat dan berusaha dengan sepenuh hati tanpa pamrih berjuang untuk mewujudkannya. Seseorang yang menerimanya sudah menjadi wakil dan milik orang banyak dan bukan menjadi dirinya lagi sebagai seorang pribadi."
Jawaban ini membuat bukan menghasil tepuk tangan yang riuh, melainkan suasana senyap dan hening. Para pejabat dan pegawai pemerintah yang hadir merasa bagai disambar geledek, ini bagai tamparan keras seorang Loper koran bagi mereka yang hanya mencari popularitas untuk keuntungan pribadi semata.

Hening sekejap itu berubah menjadi tepuk tangan panjang sambil berdiri dari semua orang yang menyaksikan jawaban telak dan sangat dramatis oleh si Loper koran ini. Para juripun tak kuasa untuk duduk dan bersikap angker, merekapun ikut berdiri dan bertepuk tangan. Piagam dan Piala kemenangan menjadi Sarjana Teladan dan kesempatan berkarir sebagai pejabat tinggipun diserahkan dengan bangga kepada si Loper koran. Pilihan yang sungguh tepat.

Pembaca yang budiman,
Loper koran sungguh merupakan anak yang luar biasa, semangat hidup dan pengertian kehidupan akan hidup dan kehidupan yang mendasar menyertai kekayaan ilmunya.
Tempaan keras kehidupan yang dihadapi dengan tegar dan syukur telah menumbuhkan sikap rendah hati dan sederhana, walaupun penghargaan demi penghargaan diraihnya dengan gemilang. Sikap ini juga yang membuat Si Kaya lalai, bahwa justru Loper yang tampak lemah, bodoh dan kurang pergaulan inilah yang menjadi musuh beratnya.

Pesan moral strategi ini,
The law of attraction, itu istilah yang lagi ngetop saat ini. Sikap dan kondisi yang tampak biasa-biasa saja juga akan memberikan respon sekeliling kita menjadi bersahabat. Hal ini tidak akan mengundang feedback kecurigaan ataupun hal yang buruk.

Sementara kekayaan internal berupa mental, ahlak dan ilmu pengetahuan dibarengi dengan sikap rendah hati, sederhana dan tulus, justru akan membuat alam dan lingkungan mendorong kita menjadi sosok yang luarbiasa dengan otomatis, baik kita inginkan ataupun tidak.

Kisah asli terjadi pada saat Wei pangeran muda dinobatkan menjadi raja (239 AD) mengantikan ayahnya yang sakit parah. Cao Shuang sang Jendral langsung mengambil alih kendali dan mengeser mentri Sima Yi yang loyalis.

Sima Yi dengan cepat membaca situasi dan menarik diri dari kegiatan dan mengabarkan dirinya sakit keras. Bahkan saat Li Sheng gubernur Jinzhou yang diangkat Cao Shuang menjenguknya, Sima Yi terlihat tua, letih, lemah dan pikun.

Kabar Li Sheng membuat Cao Shuang lalai. Sima Yi tetap presisten dan sabar menyusun kekuatan hingga strategi untuk memulihkan kekuasaan sang raja yang akhirnya terwujud pada 249 AD. Chao Shuang serta kaki tangannya menjalani hukuman berat.

Tidak ada komentar: