Jumat, 26 Oktober 2007

Sistem Pembelajaran Berbasis TI Indonesia Merambah ke Beberapa Negara

Jakarta-RoL--  Sistem pembelajaran berbasis TI (teknologi informasi) Pesona Matematika dan Pesona Fisika yang diterapkan di SMP Negeri di Provinsi DKI Jakarta dan beberapa provinsi lain semakin merambah ke beberapa negara.

"Media pembelajaran ini sudah sejak 2000 dipakai di SMP-SMP Jakarta, sekarang 'software' buatan putra-putri Indonesia itu mulai dilirik sekolah di Brunei dan Filipina," kata Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI Sylviana Murni saat berkunjung ke SMP Negeri 49 Kramat Jati di Jakarta, Jumat.

Dalam kesempatan tersebut pemilik sekolah dari Brunei Musa Adnin dan dari Filipina Jess Ravalo mendatangi SMP tersebut untuk melihat langsung siswa-siswa Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di SMPN 49 memanfaatkan sistem pembelajaran berbasis TI itu.

Dengan sistem pembelajaran pesona matematika dan fisika berbasis TI itu, ujarnya, siswa tidak lagi merasa takut terhadap pelajaran-pelajaran sulit seperti matematika dan fisika dan justru menjadi terkesan dan tertarik. Nilai ujian nasional siswa terus meningkat dari 99,58 pada 2005 ke 99,84 pada 2006 dan pada 2007 naik lagi jadi 99,99, sedangkan untuk pelajaran matematika dan fisika, siswa yang mendapat nilai 10 makin banyak, ujarnya.

"Yang saya banggakan dari sistem ini, software buatan anak bangsa ini semakin merambah ke berbagai negara, termasuk sudah diminati di Eropa dan Amerika Serikat. Ini berarti software ini memang handal," katanya. Dinas Pendidikan Dasar, ujarnya, sudah menerapkan sistem berbasis TI tersebut untuk 164 SMP Negeri di Jakarta, sedangkan untuk SD Negeri sedang dalam proses pengenalan, untuk tahap awal matematika dan IPA untuk 15 SD. 

"Sistem pembelajaran dengan TI untuk membuat senang siswa terhadap pelajaran sulit itu memang kami lelang dengan biaya APBD, kebetulan Pesona yang memenangkan," katanya. Sementara itu, menurut Direktur Marketing Pesona Edukasi, Hary Sudiono, dari sekitar 1.500 sekolah yang telah memanfaatkan software tersebut, sebagian di antaranya adalah SMP di provinsi seperti Jawa Barat, Banten dan Yogyakarta. 

Disebutkannya, pihaknya hanya menjual software tersebut Rp12 juta per sekolah atau hanya Rp1.500 per bulan per siswa plus paket pelatihan guru, "updating" dan pelayanan purna jualnya. "Tetapi kalau dijual ke luar negeri sistem ini menggunakan lisensi dengan harga 250 dollar AS per tahun," katanya.  Sementara itu, Jess Ravalo dari Filipina menyatakan berminat pada piranti lunak tersebut dan akan mencoba menerapkannya di sekolah yang dimilikinya.

"Sistem ini juga membuat interaksi antara murid dan guru sangat aktif. Ini akan sangat membantu pemahaman siswa, bukan hapalan yang biasa kita lihat kalau hanya menggunakan buku pelajaran," kata Musa Adnin dari Brunei.
Software untuk sistem pembelajaran berbasis TI ini juga pernah mendapatkan penghargaan Asia Pasific ICT (Information and Communication Technology) Awards di Macao, katanya.

1 komentar:

EHMAL MALIK mengatakan...

luar biasa, putra-putri Inodnesia memang cerdas, buah dari kemerdekaan jiwa, keterbukaan pikiran, sehingga kreativitas lebih menonjol. Oleh karenanya berilah para pendidik di Indonesia kemerdekaan agar mereka mampu berkreativitas, lebih ikhlas, tidak terlalu diatur dengan peraturan2 yang akan menghambat. Pejabatn Diknas ny aun harus lebih cerdas menangkap hal ini buat kemajuan bangsa.
E.Hafidhuddin Bogor